4 Keahlian yang Perlu Dipelajari Sebelum Menikah

[imagetag]
Ilustrasi pernikahan

Kemampuan mengatasi emosi diri, komunikasi, resolusi konflik, dan kepositivitasan.

Sebelum melakukan sesuatu hal yang penting, akan lebih baik bila mempersiapkan diri dengan pengetahuan atau kewaspadaan. Begitu pun sebelum memasuki pernikahan. Ada hal-hal yang harus dipelajari.

Sebelum memasuki sebuah pernikahan, disarankan oleh dr Susan Heitler pengarang Power of Two Marriagemenyarankan pasangan untuk mempelajari 4 hal berikut ini:

1. Mampu mengatasi emosi diri
Anak-anak sering marah, menangis, dan sebagainya. Sementara orang dewasa, idealnya punya karakter tenang. Namun, masih ada pula orang dewasa yang emosinya bak rollercoaster. Kabar baiknya, orang dewasa yang cepat emosional bisa belajar untuk mengatur emosi yang naik-turun.

Bila Anda sering mendengar nada suara sendiri sering meninggi tanpa sebab, marah besar setiap beberapa minggu, atau sering melakukan hal-hal buruk saat emosi negatif meningkat (menyakiti orang lain baik verbal maupun fisik), maka disarankan untuk menemui terapis sebelum menikah.

Ini sangat penting bila Anda ingin pernikahan langgeng dan bahagia.

2. Komunikasi
Kesannya memang klise, tetapi hal ini klise karena memang sudah terbukti.

Berkomunikasi dengan taktis, khususnya berkenaan dengan topik yang membuat stres kedua pihak, serta kemampuan mendengarkan untuk kooperatif adalah kemampuan-kemampuan yang penting untuk dimiliki pasangan dalam pernikahan.

Bicara dengan bentuk keluhan, kritik, atau menyakiti orang lain setiap saat dan berulang hanya akan membuat pernikahan bermasalah.

Begitu juga bila tidak mau mendengarkan ucapan pasangan, menegasikan setiap kata yang keluar dari mulut pasangan dengan "Tapi.", atau mengabaikan, atau enggan menyimak seksama apa yang Anda dengar dari mulut pasangan sudah jelas akan menciptakan masalah pernikahan.

3. Resolusi konflik
Setiap pasangan punya perbedaan. Setiap pasangan yang sukses tahu bagaimana menghormati cara dan pandangan masing-masing lalu kemudian mencari jalan tengah yang memuaskan semua pihak.

Memang mudah untuk menyatukan pendapat semacam ini untuk hal-hal yang ringan, seperti mau menu makan apa atau mau menyaksikan tayangan apa. Tetapi, ini tidak mudah dilakukan untuk hal-hal krusial dalam hubungan, seperti mau tinggal di mana, bagaimana mengatur keuangan, dan bagaimana menjaga kehidupan seksual tetap bergairah.

4. Kepositivitasan
Setiap kali Anda membagi senyum, tawa, gelak atas candaan darinya, setuju atas komentarnya, mengekspresikan apresiasi, berterima kasih, atau membagi afeksi, Anda menawarkan kepositivitasan kepadanya.

Makin banyak hal positif yang Anda beri kepada pasangan, makin besar kemungkinan kebahagiaan itu terjaga. Tentu, harus dilakukan dengan tulus dan dari dalam hati, bukan dipaksa atau dibuat-buat. Toh, ia manusia yang bisa merasa juga.

Pernikahan bukan hanya di hari resepsi atau akad nikah maupun pemberkatan nikah, tetapi (harapannya), akan berlangsung seumur hidup. Jadi, persiapkan diri Anda untuk menempuh hidup baru bersama orang yang Anda cintai lebih besar dari upaya persiapan hari pernikahan Anda.
703302

0 komentar

Posting Komentar