Mereka bertemu sejak Desember 2012. Awalnya, kata Kuasa Hukum RW, Iwan Pangka, keduanya bertemu dalam satu acara teater di Kampus UI. Korban merupakan panitia acara dan liaison officer (LO) untuk Sitok Srengenge yang menjadi juri di acara itu. "Jadi, saat itu ada komunikasi antara korban RW dengan SS," tambah Iwan.
Keduanya makin dekat pada Maret 2013. Iwan menuturkan, saat itu korban menghadap SS untuk membicarakan mengenai tugas penelitian tentang sastra. Namun, kata Iwan, kesempatan itu malah digunakan SS untuk merayu RW.
"RW melihat SS adalah sastrawan yang punya nama besar. Dan tidak ada anggapan dari RW bahwa ia akan diperlakukan tidak menyenangkan," kata Iwan. Namun, belum ada pelecehan yang dilakukan SS pada saat itu.
Keduanya bertemu kembali beberapa hari setelah membicarakan tugas penelitian sastra masih pada Maret 2013. Pada pertemuan kali ini, korban mengaku diajak ke gedung tempat komunitas sastra berkumpul di Pasar Minggu, Jakarta. Bukannya ke gedung sastra, Sitok malah membawa korban ke kamar kontrakannya.
"Kemudian RW dibawa masuk kamar, kemudian pintu dikunci. Menurut pengakuan RW, ia sempat ditawari vodka oleh SS, tetapi RW menolak. Kemudian RW digagahi oleh SS. Sampai akhirnya terjadi persetubuhan yang tidak diinginkan (korban) itu," kata Kuasa Hukum RW, Iwan Pangka, di Markas Polda Metro Jaya, Jumat (29/11).
Setelah kejadian itu, korban dijebak berkali-kali. Iwan menambahkan, SS juga mengintimidasi korban dengan menerornya. "Seolah-olah anak ini yang butuh. Jika korban tidak menghubungi SS, maka diteror," terangnya.
Menurut Iwan, korban sempat menutup diri hingga akhirnya buka suara karena didukung oleh sejumlah pihak seperti dosen, kerabat, dan Komisi Nasional Perlindungan Perempuan, untuk melaporkan kasus tersebut ke kepolisian.
Profil dan Biodata Sitok Srengenge
Sitok Srengenge adalah seorang budayawan Indonesia yang mendalami seni teater serta telah menghasilkan banyak karya tulis. Ia juga dikenal sebagai seorang penyair novelis dan esais. Karya-karyanya tidak hanya dikenal di Indonesia, melainkan juga sampai ke luar negeri seperti Amerika Serikat, Belanda, dan Australia. Menurut Janet de Neefe, meskipun puisi-puisinya banyak berisi mengenai kondisi umat manusia, fokus utamanya adalah tema cinta.
Biografi
Sitok Srengenge dilahirkan di Desa Dorolegi, Godong, Grobogan, Jawa Tengah pada tanggal 22 Agustus 1965.
Sitok Srengenge dilahirkan di Desa Dorolegi, Godong, Grobogan, Jawa Tengah pada tanggal 22 Agustus 1965.
Pendidikan tinggi
Sitok mulai mendalami seni peran di teater SMP Demak dan SMA 1 Semarang. Setelah lulus SMA di tahun 1985, ia mendaftar ke Jurusan Teknik Nuklir Universitas Gajah Mada (UGM), tetapi tidak diterima. Akhirnya ia kembali ke kampung dan mengalami pergulatan batin antara ingin menolong keluarga dengan menjadi pegawai berkedudukan penting dengan keinginannya untuk mendalami kesenian. Akhirnya Sitok lebih memilih mengambil jalur kesenian dan pergi ke Jakarta. Di Jakarta, ia menuju Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk mencari informasi tentang Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang ternyata mahal untuk kemampuannya. Akhirnya ia harus magang di grup teater pimpinan Arifin C. Noer, Putu Wijaya, Teguh Karya, dan W.S. Rendra).
Setelah setahun ikut W.S. Rendra (alm), Sitok memberanikan diri meminta beasiswa karena pada waktu itu Bengkel Teater Rendra memberikan beasiswa kepada beberapa orang yang ingin bersekolah. Ia mendapatkan beasiswa sampai kuliah selesai di IKIP Negeri Jakarta Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia. Pada sore harinya, Sitok ikut kursus filsafat di STF (Sekolah Tinggi Filsafat) Driyarkara, Jakarta.
Sitok Srengenge juga terdaftar sebagai alumni International Writing Program University of Iowa (Amerika Serikat) dan Intenational Writing Program Hong Kong Baptist University.
Aktivitas
Sitok Srengenge telah mengikuti berbagai festival sastra internasional.Ia memperoleh dukungan dari Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat untuk partisipasinya di IWP. Semenjak tahun 1997, Sitok telah berpartisipasi dalam berbagai even di Eropa, diantaranya Rotterdam International Poetry Reading dan Winternachten Festival di Belanda, the Poetry Society di Inggris, dan Melbourne's Next Wave Festival di Australia.
Pengajar, editor, dan penerbit
Selain aktif bermain teater, Sitok juga pernah menjadi pengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Ia menjadi guru literatur pada Eksotika Karmawiggangga dan editor Jurnal Kultur Kalam.Sitok juga merupakan pendiri serta pengelola Penerbitan Katakita.
Organisasi
Beberapa komunitas yang ikut didirikan atau diikuti oleh Sitok Srengenge:
- Gorong-gorong Budaya
- Teater Matahari
- Komunitas Utan Kayu sebagai Koordinator Program
- Salihara sebagai kurator bidang teater
0 komentar
Posting Komentar